Hai, Journeyers!
Bulan lalu, tepatnya tanggal 12 Maret 2022, akhirnya aku menjejaki gunung Galunggung, Tasikmalaya, Jawa Barat. Keunikan dan keindahan gunung ini, sudah sangat ingin aku nikmati sejak lama. Namun, baru terealisasi bulan lalu.
Pendakian gunung Galunggung bermula dari kemumetan aku, yang mulai suntuk dengan pekerjaan yang menumpuk, aku butuh penyegaran alam kembali. Iseng, aku mencari informasi terkait wisata yang ada di jadwal aku libur. Kebetulan aku dapat waktu libur dari tanggal 10 hingga 14 Maret 2022. Jadwal libur ku request di hari yang sama dengan konser BTS. Namun karna aku hanya dapat tiket di tanggal 10, alhasil aku masih memiliki hari yang bisa ku gunakan untuk traveling.
Aku mendapatkan informasi terkait one day trip ke Gunung Galunggung bersama komunitas Backpacker Jakarta. Setelah sekian lama kepoin komunitas BPJ, akhirnya aku memutuskan gabung dengan komunitas ini. Karena banyak destinasi yang aku inginkan ada disini, setidaknya nanti aku bisa menyesuaikan jadwal kerja dengan jadwal traveling.
Ada hal yang tak terduga terjadi, pada saat 2 hari jelang keberangkatan, partner traveling-ku memberitahu bahwa dia tidak bisa ikut di hari tersebut. Sedih dan khawatir bercampur. Karena aku sangat ingin menjejaki gunung Galunggung. Meskipun berangkat bersama komunitas, namun aku masih memiliki kekhawatiran sendiri jika berangkat dengan orang yang baru aku kenal.
Waktu berlalu, aku mencoba hubungi beberapa teman, dan akhirnya ada yang bersedia untuk menemaniku berangkat di hari itu. Aku seneng banget pokoknya, karena pendakian Gunung Galunggung tidak jadi dibatalkan.
Liburan Dadakan Yang Menyenangkan
Kenapa dikatakan dadakan? Karena aku memutuskan mendaki gunung Galunggung ini hanya kurang dari seminggu dari jadwal. Untungnya pihak komunitas Backpacker Jakarta masih merespon saat aku menanyakan apakah masih bisa gabung trip atau tidak.
Tanggal 11 Maret 2022, meeting poin di basecamp Komunitas Backpacker Jakarta yang ada di Cawang UKI, tempatnya disamping rumah sakit. Jadi, kita tidak kesulitan untuk mencari lokasinya. Semuanya sudah mengumpul di pukul 11 malam. Menggunakan Bus elf kami mulai berangkat lebih kurang pukul 12 malam.
Sepanjang perjalanan tidak begitu membosankan, karena rombongannya asik-asik. Dan sesekali aku menyempatkan untuk tidur, meskipun tidak benar-benar bisa tidur. Kita juga berhenti di rest area beberapa kali untuk ke toilet dan waktu subuh.
Hingga akhirnya lebih kurang pukul 7 kami sampai di area Gunung Galunggung. Beberapa diantara kami langsung mandi dan bersih-bersih, lalu menyempatkan untuk sarapan terlebih dahulu.
Uniknya, saat aku dan temanku makan disalah satu warung, nasi putih sudah dibungkus dengan daun pisang. Jadi, kalo mau makan nasi, tinggal ambil lalu lauknya pun sudah tersedia di meja tersebut. Dan juga bisa request jika ingin dibuatkan telor dadar. Hihi.
Harganya tidak terlalu mahal, karena masing-masing kami kena hanya 10k untuk makan. Setelah makan, kita semua brief terlebih dahulu sebelum akhirnya mendaki tangga Gunung Galunggung.
Berapa Anak Tangga Gunung Galunggung?
Keunikan gunung Galunggung dibandingkan dengan gunung lain yang pernah ku daki adalah kita menaiki anak tangga untuk mencapai ke dasar kawah gunung ini. Pendakian Gunung Galunggung diawali dengan menaiki jumlah tangga Gunung Galunggung sekitar 620 anak tangga. Terkesan gampang karena hanya menaiki tangga, tapi faktanya lebih sulit dari yang ku duga. Bagiku lebih menyenangkan mendaki gunung yang menapaki track tanah dibandingkan anak tangga.
Aku yang berangkat tanpa persiapan fisik berolahraga sebelumnya cukup kelelahan dengan beberapa kali berhenti hingga akhirnya terlihat kawah gunung ini. Sedangkan bagi temanku yang memang terbiasa olahraga, baginya menaiki tangga ini hanyalah hal sepele, dan tak terlihat kelelahan sama sekali.
Pada sisi kawah, terdapat banyak warung-warung kecil yang berjualan. Ternyata, daerah kawah ini belum lah puncak dari gunung Galunggung. Dan yang diizinkan memang hanya sampai di lokasi ini.
Sekilas, bentukannya mirip dengan gunung Ijen di Banyuwangi, bedanya Gunung Galunggung lebih hijau dibandingkan gunung Ijen. Dan bau aroma belerangnya pun tidak terlalu kuat di lokasi ini.
Jumlah anak tangga akan berbeda saat kamu turun, karena kamu turun tidak di tangga yang sama. Saat turun kamu cukup menjejaki 510 anak tangga.
Baca Juga:
Keindahan Alam Kawah Ijen, Banyuwangi!!!
Mencicipi Lahang, Minuman Isotonik Tradisional Jawa Barat
Setelah puas dengan menikmati pemandangan hijau Gunung Galunggung serta mengambil beberapa spot foto. Aku dan teman yang lain berencana untuk segera turun. Kala itu, kami bertemu dengan seorang Bapak yang sedang mengangkut seperti bambu di bahunya. Kami penasaran dan bertanya apa yang sedang beliau jual.
Ternyata dalam bambu yang dia bawa terdapat air yang dia jual. Aku pun makin penasaran. Bapaknya tidak bosan dengan pertanyaanku yang berulang. Minuman ini namanya Lahang. Cukup asing ditelinga ku.
Dari penjelasan Bapak tersebut, Lahang merupakan minuman isotonik, yang kini mungkin sudah jarang kita temui, tapi di sekitaran Gunung Galunggung masih ada yang menjualnya. Beliau pun bercerita cara pengambilan sari air ini. Kata Beliau, Lahang itu berasal dari Pohon Aren. Jadi, pohon aren tersebut di sadap dan akan mengeluarkan sarinya. Lalu di tampung dengan bambu sebagai wadahnya. Dan di rebus terlebih dahulu hingga akhirnya bisa kita konsumsi.
Seperti yang kita ketahui, air sari aren itu sendiri memiliki banyak khasiat untuk kesehatan. Apalagi bagi kita yang sedang mendaki gunung, minuman ini mampu mengembalikan tenaga kita dan melancarkan kembali pernapasan kita.
Harga segelasnya Rp.5000,-. Saat meminumnya pun terasa sekali sari asli dari pohon aren tersebut. Bagiku pribadi ada berasa sedikit aroma-aroma asap, mungkin itu efek dari proses perebusannya, aku kurang memahaminya juga. Dan, rasanya pun juga sangat manis.
Sejarah Singkat Letusan Gunung Galunggung
Saat kami berencana mau turun setelah minum air lahang, kami bertemu dengan rekan-rekan Backpacker yang sedang asik bercerita dengan warga setempat. Ternyata Bapak tersebut merupakan salah satu driver ojek yang melayani ojek dari gerbang galunggung ke kawah, bagi mereka yang tidak kuat untuk naik tangga.
Sebelumnya, bagi Journeyers yang tidak tahu di mana letak Gunung Galunggung. Jadi gunung Galunggung terletak di Kabupaten Tasikmalaya.
Dan bapak tersebut bercerita, letusan terakhir gunung yang memiliki ketinggian 2.167 mdpl ini pada tahun 1982-1983. Dan gunung ini meletus hingga 9 bulan lamanya. Banyak korban pada saat itu. Dan lavanya pun mengalir cukup jauh dari cerita beliau. Hingga saat ini, masyarakat sekitar pun masih was-was bila letusan terjadi lagi.
Jika kamu ingin mendekati kawah gunung ini, kamu harus turun tangga terlebih dahulu. Informasi dari beliau, banyak masyarakat memancing ikan di dekat kawah tersebut, karena terdapat aliran sungai.
Akhir Cerita Menjejakan Kaki di Gunung Galunggung
Saat kamu menaiki gunung ini, kamu menaiki tangga berwarna kuning dengan jumlah anak tangga 620. Namun saat kamu akan turun dari gunung ini, kamu akan disarankan untuk turun di tangga berwarna biru yang memiliki jumlah anak tangga sebanyak 510 anak tangga. Disaat kamu turun, kamu bisa menikmati pemandangan alam sekitar gunung Galunggung. Rasanya bisa memandangi wilayah kota Tasikmalaya, hehe.
Lelahnya turun tangga tidak jauh berbeda dengan naik tangga. Alhamdulillah, kami semua pun berhasil untuk kembali lagi ke bis elf dengan selamat. Sebelum berpindah destinasi, aku dan temanku menyempatkan diri untuk makan mie rebus. Karena telah kehabisan tenaga. Hihi
Lalu, kita pun beralih ke destinasi selanjutnya, one day trip di Tasikmalaya, tidak hanya dengan satu destinasi saja. Karena ada destinasi selanjutnya yang sudah menjadi travel list aku sejak 2018. Yaitu Kampung Naga. Aku akan menceritakannya di postinganku selanjutnya ya, Journeyers!
Itulah cerita dari pendakian gunung Galunggung yang aku jelajahi. Apakah kamu memiliki kisah perjalananmu di Gunung Galunggung juga?
25 comments
Kebayang rasanya menaklukkan 620 anak tangga,ya kak. Nggak ada titik istirahat kah kak dari 620 anak tangga tersebut?
Tapi lelahnya pasti terbayar setelah sampai puncak, ya kak.
jadi inget waktu itu pas masa SMA, pernah ikut mendaki juga bareng temen temen. kalo pengalaman saya dulu kalo ndaki gak ada ngobrol2 nya kaya kerasa capek gitu.. tapi kalo sambil ngobrol n ketawa2 malah asik aja gitu gak kerasa sebentar lagi sampe.
Luar biasa, mbak Ova! Aku udah gak pernah naik gunung semenjak kuliah. unik ya gunung galunggung ini, udah disediakan anak tangga jadi memudahkan untuk naik ke puncak ^^
dari dulu pengen banget naik gunung tapi belum kesampaian. dan sekarang baca artikel ini jadi termotivasi lagi
Ya ampun aku katro banget kupikir Galunggung itu di Bali. Ternyata di Tasik. Dekat dari Jakarta! Dalam satu perjalanan dapat info sejarah, kuliner khas dan alamnya ya kak