Hi, Journeyers!

Yogyakarta selalu menjadi salah satu kota wisata yang banyak diminati oleh wisatawan, baik lokal maupun internasional. Menurut data statistik, pengunjung wisata Kota Yogyakarta di tahun 2018 mencapai 3.6 juta pengunjung. Jumlah ini meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.

Nah, kenapa Yogyakarta selalu diminati wisatawan? Banyak sekali alasannya! Tak hanya tempat wisata alam maupun wisata kulinernya yang diminati oleh masyarakat. Namun, sejarah-sejarah peninggalan zaman terdahulu pun menjadi salah satu buruan pecinta sejarah Indonesia.




Yang menjadi salah satu ikon Kota Yogyakarta adalah Jalan Malioboro. Ini merupakan salah satu spot yang wajib kamu datangi apabila ke Yogyakarta. Fakta dan sejarah jalan Malioboro pun menjadi salah satu hal yang membuatku penasaran.

Kuy, kita kepoin apa sih fakta dan sejarah dari ikon Yogyakarta ini, Journeyers!

  • Sejarah Penamaan Jalan Malioboro

Jalan Malioboro, berada di jantung kota, tepatnya di antara Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Tugu Pal Putih. Dan nama Malioboro itu sendiri memiliki makna dan sejarah dari masa lalu Indonesia. Menurut situs resmi Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, Jalan Malioboro dulunya didirikan bertepatan dengan pendirian Kraton Yogyakarta.

Nama Malioboro disebut berasal dari kata Malyabhara. Dalam bahasa Sansekerta, Malya berarti karangan bunga dan bhara berarti menyajikan. Kata Malyabhara ditemukan dalam buku Ramayana asli. Muncul juga dalam Ramayana versi Jawa dari abad ke-9 dan ke-10, yaitu dalam buku Adiparwa dan Wirathaparwa.

Tak hanya itu, nama tersebut juga dijumpai dalam buku Parthawijaya dari abad ke-14 dan dimunculkan kembali dalam Dharmasunya yang ditulis di Kartasura pada tahun 1714. Klaim tersebut dikuatkan dengan adanya gagasan Malyabhara sebelum perjanjian Giyanti pada 1755.




Makna kata Malioboro dari bahasa Sansekerta pun berkaitan dengan masa lampau Yogyakarta. Karena pada zaman dahulu, apabila Kraton mengadakan acara besar, maka Jalan Malioboro akan dipenuhi dengan bunga. Pendapat mengenai sejarah nama Malioboro berdasarkan bahasa Sansekerta pun diyakini pendapat terkuat oleh banyak sejarahwan yang menelurusi sejarah penamaan Jalan Malioboro.

Ada pula pendapat dari sumber yang aku baca mengatakan bahwa nama Malioboro berasal dari nama seorang kolonial Inggris bernama Marlborough, yang pernah tinggal di sana pada 1811-1816 Masehi.

“Karena pengucapan kata “Marlborough” dianggap terlalu sulit, maka orang mengucapkannya dengan Malioboro. Hal itu didasarkan pada sebuah catatan sejarah yang mengatakan bahwa Kraton Yogyakarta di zaman Sultan Hamengku Buwono II pernah dirampok oleh pasukan Inggris.

Peristiwa perampokan itu dikenal sebagai Geger Sepehi pada tahun 1812. Akan tetapi, benarkah ada perwira Inggris bernama Malborough yang pernah datang ke Yogyakarta? Raffles, dalam bukunya The History of Java (1817), tidak satu halaman pun menyebut nama Marlborough.” (Dikutip dari Kompas.com). Hmm, menurut kamu, gimana, Journeyers?

  • Disebut Sebagai Sumbu Imaginer

Beberapa pendapat mengenai sejarah Jalan Malioboro, tak menyurutkan peminat dari spot sejarah ini. Dan fakta menarik Malioboro lainnya sering dikaitkan dengan tiga tempat sakral di Yogyarakarta yaitu Gunung Merapi, Keraton, dan Pantai Selatan.

Awalnya Jalan Malioboro itu sendiri ditata sebagai sumbu imaginer antara Pantai Selatan (Pantai Parangkusumo) – Kraton Yogya – Gunung Merapi. Keberadaan jalan ini ditata khusus sesuai mata angin, yaitu membujur arah utara-selatan dan berpotongan tegak lurus, Journeyers!

Makin ditelurusi, makin menarik ya, fakta dan sejarah dari Jalan Malioboro ini, Journeyers!

Sejarah jalan malioboro
Jogja tempo dulu

Baca juga:

Menikmati Keindahan Malam di Bukit Bintang & Malioboro (Eksplor Jogja)


  • Malioboro Jadi Pusat Kehidupan Masyarakat Yogyakarta

Malioboro terus berkembang hingga saat ini. Tanpa mengubah konsepnya dan tetap mempertahankan konsep aslinya dahulu. Kini tempat-tempat strategis seperti Kantor Gubernur DIY, Gedung DPRD DIY, Pasar Induk Beringharjo hingga Istana Presiden Gedung Agung juga berada di kawasan Malioboro ini loh, Journeyers. Dan sejak tahun 2016, pemerintah Yogyakarta mengambil keputusan untuk mensterilkan jalan Malioboro dari parkir kendaraan.

Jika kamu mau memarkir kendaraan kamu, khusus motor ada lokasi parkir yang tidak jauh dari Jalan Malioboro. Jadi, Malioboro pun nyaman bagi pengguna jalan kaki. Bahkan banyak warga Jogja ataupun wisatawan menjadikan Jalan Malioboro sebagai tempat untuk olahraga di pagi hari.

Karena Jalan Malioboro akan sangat ramai pengunjung menjelang sore hingga malam hari. Aku dan teman-temanku pernah ke Malioboro pada pukul 23.00 WIB untuk mencari pengisi perut yang keroncongan (Visit Jogja waktu di tahun 2018), suasana masih sangat ramai pengunjung, tak hanya anak muda, namun para orangtua, lansia, masih menikmati malam di Jalan Malioboro.

Fakta sejarah jalan malioboro
Andong dan Becak masih beroperasi disini, Journeyers!
  • Pusat Belanja Legendaris

Bagi kamu yang pernah kesini mungkin takkan asing dengan pemandangan sepanjang jalan Malioboro. Disana kamu akan disajikan dan dimanjakan dengan berbagai pernak-pernik ikon Jogja serta kuliner-kuliner khas Jogja. Pedagang kaki lima maupun warung lesehan masih dipertahankan di sepanjang jalan Malioboro oleh pemerintah Yogyakarta.

Karena pemandangan ini membuat Jalan Malioboro makin terlihat kesan tak luput dari budaya dan sejarah Jogja. Waktu yang bagus untuk berkunjung ke Jalan Malioboro adalah sore hingga malam hari. Karena disaat pagi hingga siang akan sedikit sepi penjual disepanjang jalan ini.

Menjelang siang hingga malam hari, Malioboro menjelma menjadi surga belanja cendera mata dan barang kerajinan. Lebih dari seribu pedagang kaki lima menggelar dagangannya di emperan toko. Waw, rame ya, Journeyers!

Keunikan sejarah jalan malioboro
Makin malam, makin ramai! Itulah Jalan Malioboro.
  • Dikelilingi Beberapa Tempat Wisata Lainnya

Disekitar Jalan Malioboro, kamu juga bisa mengunjungi tempat wisata lainnya hanya dengan berjalan kaki. Seperti sekitar 1KM sebelah Utara Jalan Malioboro, kamu akan temukan Tugu Yogyakarta. Tak jauh dari Jalan Malioboro, terdapat juga Benteng Vredeburg yang merupakan benteng peninggalan belanda yang dibangun untuk memudahkan dalam mengontrol segala perkembangan yang terjadi di dalam Kraton Yogyakarta.

Berjalan lagi 130 meter ke arah selatan dari Benteng Vredeburg Anda dapat menikmati suasana kota Jogja di titik nol Kilometer Jogja. Berjalan 500 meter dari titik nol Kilometer Jogja ke sebelah timur, Anda dapat menemukan wahana wisata edikasi dan rekreasi Taman Pintar Yogyakarta.

Tempat yang sangat bagus untuk edukasi anak-anak. Dan tempat wisata lainnya adalah Keraton Yogyakarta  yang merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kesultanan, loh, Journeyers!




Nah, ini beberapa fakta dan sejarah dari Jalan Malioboro, Journeyers! Jika kamu mengetahui fakta atau sejarah lainnya dari Jalan Malioboro, boleh kamu tambahkan di kolom komentar. Tak ada salahnya kan, untuk berbagi informasi, Journeyers? Hihi

Perjalanan tak hanya untuk mengambil gambar akan destinasi yang kamu kunjungi, namun juga untuk mempelajari sejarah yang ada pada destinasi tersebut. Ini akan menambah wawasan kamu dan juga kecintaan kamu pada budaya sejarah negaramu sendiri.

 

~Big hug~

Ova Forlendy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like