Hi, Journeyers!
Berkunjung ke Yogyakarta akan sangat disayangkan jika hanya meluangkan waktu beberapa hari saja. Karena banyaknya destinasi yang mempesona untuk bisa kita nikmati. Dan, hal menarik yang harus juga kamu kunjungi adalah Candi Borobudur.
Lokasi Candi Borobudur
Candi Borobudur itu sendiri berada di Magelang, Jawa Tengah. Lebih tepatnya di Jl. Badrawati, Kws. Candi Borobudur, Borobudur, Kec. Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Nah, untuk liburanku kali ini, aku tak mau lagi melewatkan peninggalan sejarah yang pernah menjadi salah satu keajaiban dunia ini.
Hari kedua ku di Jogja, aku memilih untuk mengunjungi Candi Borobudur. Jarak tempuh dari hotel ku menginap yaitu Hotel Fevytra, memakan waktu sekitar 1.5 jam menuju Magelang.
Kita menggunakan motor dan mengandalkan arahan dari Google Maps. Untuk rute dari pusat kota Yogyakarta menuju Candi Borobudur di Magelang ternyata sangat bagus. Dan sangat mudah untuk di telusuri.
Tadinya, aku mikir akan melewati pemukiman yang sepi atau perkebunan, persawahan yang sepi orang. Maaf, saya salah menduga. Jalannya sangat lancar dan juga rame di sepanjang jalan.
Setelah mulai mendekati kawasan Candi Budha terbesar di dunia tersebut, jalanan mulai sangat macet. Karena juga bertepatan cuti bersama untuk Natal, Candi Borobudur pun jadi salah satu sasaran untuk di kunjungi oleh berbagai pewisata tanah air.
Karena parkiran dalam kawasan Candi Borobudur penuh, kita pun memilih parkir di area parkir di luar kawasan Candi.
Tiket masuk Candi Borobudur
Pagi itu, cuaca sangat cerah. Dari pintu masuk, kita akan melewati area parkir terlebih dahulu, lalu akan terlihat loket pembelian tiket.
Untuk harga tiket masuk Candi Borobudur sebesar Rp. 45.000,-/tiket. Setelah mendapatkan tiket, langsung ke pintu masuk candi.
Disana akan diadakan pemeriksaan terlebih dahulu. Yaitu memastikan pengunjung tidak membawa makanan dari luar. Mungkin ini peraturan yang sudah ditetapkan oleh pengelola tempat wisata ini.
Pagi itu, matahari sangat terik hingga kita memulai masuk kawasan Candi sekitar hampir pukul 11.00 siang. Tak sedikit pedagang menjual topi dan penyewa payung. Harga topi pun bervariasi sesuai jenis dan ukurannya.
Aku dan sodaraku memilih untuk membeli topi saja, dengan harga 40k/topi (ini pun sudah hasil tawar menawar dengan Ibu pedagangnya, hehe). Aku gak tau harga topi di pasaran sih.
Karena kita datangnya tepat libur panjang Natal dan tahun baru, jadi suasana pengunjung Candi Borobudur sangat ramai.
Entah kenapa, aku merasa bersyukur banget. Bisa nginjak kaki di tempat yang bener-bener aku ingin kunjungi sejak aku masih SD. Baru kali ini kesampaian. Heheh. Norak, euy!
Kita pun mulai menaiki tangga candi. Sangat ramai. Jadi, kita pun butuh perlahan untuk bisa ke atas. Untuk mengambil spot foto pun sedikit susah. Karena banyaknya orang.
Baca juga:
Inilah Fakta dan Sejarah Jalan Malioboro, Yogyakarta
Candi Borobudur yang merupakan peninggalan sejarah yang didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.
Candi ini memiliki 10 lantai yang mana juga dikelilingi oleh stupa-stupa. Dan candi Borobudur hingga saat ini menjadi salah satu tempat perayaan Waisak bagi umat Budha.
Ada beberapa peraturan atau peringatan bagi petugas saat kita berkunjung ke Candi Budha terbesar di dunia ini, diantaranya kita tidak boleh memasukan tangan kita ke dalam stupa.
Awalnya aku tak mengerti kenapa ada aturan demikian. Setelah aku mengelilingi Candi, dan mengambil beberapa foto untuk sebagai bahan koleksiku, heheh, aku tau alasan aturan tersebut.
Ternyata hal ini dipengaruhi dengan mitos yang berkaitan dengan candi ini, yaitu bagi mereka yang bisa menyentuh archa yang di dalam stupa, maka keinginannya akan terkabulkan.
Istilah ini dikenal dengan mitos Kunto Bimo. Dan memang, aku masih melihat banyak pengunjung yang mencoba menyentuh archa tersebut dengan was-was dari petugas candi. Tapi, ada juga beberapa tanggapan yang mengatakan larangan ini diberlakukan untuk menjaga keutuhan candi serta menghindari terjadinya kerusakan.
Lalu, peringatan atau aturan lainnya seperti kita tidak boleh memanjat ke atas Candi. Tentunya hal ini bermaksud juga menjaga kelestarian dari candi. Banyak lagi aturan-aturan lainnya saat kita mengunjungi candi Borobudur ini.
Keindahan dari Candi Borobudur
Dari lantai atas Candi Budha ini, kita juga bisa melihat pemukiman warga yang ada disekitar Candi, atau pemandangan daerah Magelang dari ketinggian. Hihi
Di beberapa bagian dari Candi Borobudur terjadi kerusakan, ada yang disebabkan oleh alam ataupun juga pengunjung, namun nilai sejarah dan keistimewaan dari Candi Budha terbesar di dunia ini pudar. Buktinya, setiap harinya bahkan setiap tahun, pengunjung Candi Borobudur selalu meningkat.
Pemandangan nan cerah itu berganti menjadi mendung hingga hujan pun mulai membasahi kawasan candi. Dan untungnya kita sudah berada di tempat yang teduh, setelah mengelilingi pusat oleh-oleh dan souvenir yang ada di kawasan candi, kebetulan sekali karena perut sudah keroncongan, akupun memilih berteduh sembari makan.
Wisata kuliner dan souvenir di Candi Borobudur
Aku memesan nasi ayam pecel, namun ternyata ayam yang dijual mereka adalah ayam kampung. Dan aku kurang suka.
Oh iya, kamu juga harus tahu, Journeyers! Makan disekitaran candi harganya lumayan mahal. Karena nasi ayam pecel yang aku pesen, untuk ayamnya saja seharga 25k, dan nasinya dibedakan lagi. Akhirnya, aku menambah pesanan mie rebus, cuaca dingin sangat cocok dah kalo ditemenin mie rebus. Heheh.
Disaat kita menikmati makanan, tetiba ada seorang Bapak menawarkan souvenir yang berupa ukiran candi dari tanah liat. Aku yang memang dari awal memasuki wilayah candi, sangat ingin membeli ukiran itu. Ketika Bapak itu menawarkan, aku langsung mau.
Ternyata harganya pun tak mahal. Aku gak tau, apa ini harga pasaran atau memang di jual murah sama Bapaknya. Bapak itu menawarkan 15k untuk 4 ukiran candi. Aku pun mengambil 2, dan sodaraku 2. Guna untuk sebagai bahan koleksiku dan kenangan juga.
Saat hujan sudah mulai teduh, kita pun memutuskan untuk segera balik ke penginapan. Tadinya, kita berencana untuk lanjut ke wisata Tebing Kresi, namun cuaca tak mendukung.
Dan, hari kedua ku di Yogyakarta hanya bisa mengunjungi Candi Borobudur. Tapi, aku puas dan bahagia.
Kita hanya insan biasa, bisa merencanakan namun takdir yang menentukan. Sebaik-baik rencana kita, namun lebih baik lagi rencana Yang Maha Kuasa.
Sekian perjalanan hari keduaku di Yogyakarta. Dan masih ada esok untuk melanjutkan penjelajahan kita di kota penuh damai ini.
~Big Hug~
Ova Forlendy
2 comments
Mantaaap!!! Borobudur sbg salah satu peninggalan sejarah Indonesia hrs banget nih dijaga dan dirawat. Sayangnya generasi sekarang kurang peduli dgn hal itu. Banyak yg nempelin permen karet di tembok-tembok candi, kan jd sayang banget 😢
Benerrrr banget. Karena kejailan dan ketidaktanggungjwaban pengunjung yang bersikap demikian, berimbas ke pengunjung yang akan datang, karna Candi Borobudur hanya boleh dinaiki hingga lantai 8 saja. Lantai 9 dan 10 ditutup.