Hi, Journeyers!

Keindahan negeri The Sunrise of Java tidak hanya di Pantai Pulau Merah saja. Destinasi selanjutnya, setelah dari Pantai Pulau Merah adalah menyelusuri keindahan alam Kawah Ijen, Banyuwangi.

Kawah Ijen berada di puncak Gunung Ijen dengan ketinggiannya 2799 mdpl. Dan hal yang lebih menarik di Gunung Ijen ini adalah fenomena langka yang hanya ada dua di dunia ini, yaitu Blue Fire. Selain di Kawah Ijen Banyuwangi, fenomena langka ini terjadi juga di Islandia (Iceland), Eropa. Nah, hal ini lah yang menjadi daya tarik wisatawan asing mendaki Gunung Ijen.

Dari artikel yang aku baca, Kawah Ijen Banyuwangi merupakan sebuah danau kawah yang bersifat asam yang berada di puncak Gunung Ijen. Memiliki tinggi 2.799 meter di atas permukaan laut dengan kedalaman danau 200 meter dan luas kawah mencapai 5.466 hektare. Karena luasnya danau kawah tersebut, Kawah Ijen Banyuwangi didapuk sebagai danau air asam yang terbesar di dunia, loh, Guys!




Posisi Gunung Ijen itu sendiri berada di perbatasan antara dua Kabupaten, yaitu Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur.

Pagi itu, saat cahaya mulai sedikit menerangi bumi, MasyaAllah aku disambut keindahan alam Gunung Ijen

Sepulang dari Pantai Pulau Merah, sampai di penginapan sudah pukul 9 malam. Lalu, kita memanfaatkan waktu untuk makan terlebih dahulu. Rencananya tepat pukul 11 malam kita akan mulai menuju ke Gunung Ijen.

Namun, kantukku tak bisa dihindari. Tak lama setelah makan, aku sempat tertidur. Hingga akhirnya dibangunkan pukul 11an untuk bersiap-siap menuju Kawah Ijen. Dari kita mulai berangkat dari penginapan saat waktu menunjukan pukul 12 malam.

Awalnya sedikit khawatir, namun aku mikir, karena ini memang wisata alam malam, tentunya akan banyak orang disana dan sepanjang jalan menuju Kawah Ijen.

Sebelum berangkat, kita berdoa terlebih dahulu. Ternyata, di perjalanan, Banyuwangi tak beda dengan pedesaan di kampungku. Memasuki tengah malam, suasana sepi dan hanya sedikit orang-orang yang masih di luar rumah.

Dengan menggunakan motor, kita berusaha mempercepat kecepatan. Sepiii sekali, euy! Dari awalnya perjalanan masih banyak perumahan penduduk hingga jalan sepi di sekeliling kita sudah hutan.

Nah, disini kita sempat merinding dan sedikit khawatir. Kenapa? Karena sepanjang jalan sepi di tengah hutan ini, sangat jarang kita temui kendaraan ataupun orang. Sempat ada beberapa motor, tidak lebih dari 5 motor yang kita temui sepanjang jalan ini, namun mereka begitu cepat melewati kita. Hingga begitu cepat hilang dari pandangan.

Temenku bilang untuk berdoa, baca surat Al Fatihah dan ayat Kursi. Membuatku makin merinding. Sebelum dia menyuruhku berdoa, aku sudah membacanya dalam hatiku. Iya, aku sempat berpikir untuk balik ke penginapan, tapi aku urungkan niatku untuk menyebutkan itu kepada temanku. Aku hanya mencoba mengalihkan pikiranku ke hal yang positif.

Dan tiba-tiba dibelakang kita ada satu kendaraan yang mengiringi dengan jarak yang tak jauh dari kita. Seperti menemani kita, karena saat kita coba mempercepat laju motor, dia juga, saat kita memperlambat laju motor kita, dia juga.

Aku merasa bersyukur ada orang lain, namun beda dengan pemikiran temanku yang mengkhawatirkan itu orang begal. Dan saat mendekati tikungan, tak lama akan mendekati gerbang, motor tersebut mendahului kita, dan sepertinya teman-temannya sudah menunggu dia. Lagi, sepi.

Tak lama kemudian kita sudah melihat perumahan penduduk kembali, dan bertemu dengan rombongan yang lain. Sesampai digerbang bawah, kita membayar untuk masuk beli tiket 10k per motor. Lalu kita melanjutkan kembali perjalanan. Kembali lagi dengan jalan yang sepi dikelilingi hutan. Namun, disini kita sudah sering bertemu kendaraan lain.

Sempat debat, karena temenku mengatakan ke lokasi gerbang wisata Ijen gak memakan waktu lama, apalagi dengan cuaca yang bagus. Namun, aku merasa begitu lama di perjalanan dalam hutan, sedangkan temanku yang pernah kesana sebelumnya mengatakan “gak jauh kok!”.




Hampir pukul 1 malam, kita nyampe di pintu gerbang wisata Ijen. Karena gerbang dibuka tepat pukul 1 malam. Kita menyempatkan untuk membeli minuman terlebih dahulu dan minum teh hangat karena udara disana sudah sangat dingin. Jadi, pastikan kamu menggunakan baju hangat yang tebal,  untuk menghindari terjadinya hipotermia.

Sebelum gerbang, kita akan disuguhi dengan berbagai macam dagangan seperti syal khas Ijen, topi Ijen, sarung tangan serta masker. Bagi kamu yang ingin menyaksikan Blue Fire, pastikan kamu membeli masker yang safety, bukan masker kain. Karena, lokasi menyaksikan Blue Fire itu sendiri tepat di tengah Kawah Ijen, yang pastinya aroma belerang akan sangat menyengat disana.

Tepat pukul 1 loket penjualan tiket sudah dibuka. Dan, you know, Guys? Yang ngantri kebanyakan bule alias wisatawan asing. Mereka adalah orang-orang yang ingin menyaksikan keindahan alam Kawah Ijen secara langsung.

Disana kamu akan merasa tak berada di Indonesia, karena mereka lebih dominan dibanding wisatawan negara kita. Tak sedikit mereka datang bersama keluarga, bahkan anaknya yang berumur masih kecil juga ikut.

Di gerbang ini kita dikenakan biaya 5k perorang, jika menggunakan kendaraan bermotor, ditambah 5k permotor. Untuk mobil, biayanya beda lagi.

Pendakian pun dimulai. Tak lagi menggunakan kendaraan, namun berjalan. Sepanjang jalan akan ada beberapa pos untuk beristirahat. Malam itu, kita tak menggunakan senter sama sekali. Hanya mengandalkan terangnya cahaya bulan.

Sungguh, indah sekali, sepanjang jalan kamu bisa mengamati banyaknya bintang di langit. Kita mengikuti rombongan bule-bule. Namun beberapa kali kita mendahului mereka karena terlalu lama berhenti. Untuk mencapai puncak akan memakan waktu kurang lebih 3 jam.

Aku dan temanku tak terburu-buru sampai puncak. Kenapa? Karena agar tidak terlalu lama di puncak yang mana aroma belerang akan sangat menyengat. Saat akan mendekati puncak, aroma belerang sudah mulai menyapa hidungmu.

Keindahan malam kawah ijen
Pemandangan di pukul 3 malam dari lereng Gunung Ijen

Selama pendakian tak perlu terburu-buru, cukup nikmati saja, dan amati keindahan alam sekitar pendakian menuju Kawah Ijen. Angin sangat kencang disana, semakin membuat suasana makin dingin.

Keindahan alam kawah ijen
Captured your moments for your memorials! Gelap? Yah, karena tak ada cahaya lampu kecuali bulan malam itu.

Hingga sampai dipuncak, sekitaran pukul 4. Aku yang tadinya ngotot mau ke Blue Fire, akhirnya mengurung niatku. Yaps, karena rasanya capek serta angin yang sangat kencang, aku khawatir bakalan kebawa angin. Wkwkwk.


Baca juga:

Pesona Senja di Red Island, Banyuwangi!

Backpackeran Hemat! Road to Banyuwangi, Guys!


Dari awal pendakian temanku sudah mengatakan kondisi trakking menuju Blue Fire, gak gampang. Untuk menghindari terjadi yang tak diinginkan, akhirnya kita beristirahat di pondok terbuka deket Kawah Ijen sembari menunggu fajar menampakan diri. Di Gunung Ijen, tak diperbolehkan untuk camping karena lokasinya tak memungkinkan untuk perkemahan. Jikapun ingin berkemah, kamu bisa melakukannya di gerbang sebelum pendakian.

Pada pukul hampir setengah 6 pagi, sang fajar mulai memperlihatkan warna jingganya. MasyaAllah, indahnya negeri ini. Sungguh, keindahan mulai tampak saat fajar mulai menyinari ke seluruh gunung ini.

Pendakian kawah ijen
Wonderful of Indonesia!
Keindahan sunrise di kawah ijen
Aku dan keindahan alam yang kita nikmati bersama!!

Setelah menikmati keindahan alam Kawah Ijen, tak lupa mengambil foto untuk sebagai bukti indahnya alam Indonesia.

Ini bukan di luar negeri, tapi di Indonesia!
Pemandangan yang aku suka bak Negeri di atas Awan!

Lalu, kita pun mulai turun, karena masih ada satu destinasi yang ingin kita kunjungi lagi, Guys! Dan fakta atau mitos, saat turun akan terasa lebih cepat daripada pendakian. Benar saja, pukul 8 kurang kita sudah di gerbang awal pendakian. Lalu kita pun berkemas segera meninggalkan lokasi wisata Kawah Ijen. Matahari mulai terik. Badan yang tadinya dingin, kembali hangat.

Namun, saat perjalanan kembali ke penginapan. Kita memutuskan tuk tidak melanjutkan ke Taman Wisata Baluran. Karena kondisi temanku yang amat ngantuk, 2 hari sedikit tidur, dan akupun ngantuk, karena selama di gunung Ijen tak tidur sama sekali. Kita menggunakan waktu yang sedikit itu untuk tidur di penginapan. Sesampai di penginapan pukul 9 pagi, aku langsung tidur, begitu juga temanku.

Dan pukul 11an, kita pun mulai berkemas, bersiap untuk balik ke Jakarta. Untuk pulang kita menggunakan jasa penerbangan agar tidak memakan waktu yang lama diperjalanan. Tepat pukul 12, kita pergi untuk membeli makan siang di RM Bukittinggi, tempat sebelumnya kita makan. Heheh, langsung langganan disini, selama di Banyuwangi, kita memilih makan disana.

Dan saat itu sekalian berpamitan dengan Bapak pemiliknya, Bapaknya kocak dan bisa langsung mengenali kita setiap kembali membeli disana. Dan terakhir, si Bapak nitip salam untuk Jam Gadang, Bukittinggi. Aku tersenyum serta tertawa. Lalu, selesai makan, kita pun menuju k Bandara Internasional Banyuwangi yang lokasinya di Desa Blimbingsari, Banyuwangi. Jaraknya dari penginapan atau stasiun Karangasem kurang lebih 30 hingga 40 menit, tergantung macet atau tidaknya jalan kesana, sih.




Oh ya, perlu diingat, Guys! Di depan stasiun Karangasem kamu tidak bisa order ojek online. Memang disana ada larangan untuk order deket stasiun, jika kamu mau order, harus berjalan menjarak dari stasiun. Nah, kita saat mau ke Bandara, dibantu oleh pemilik penginapan untuk order offline yang kebetulan dia memiliki saudara yang merupakan driver ojol. Bersyukur banget.

Penerbangan kita pada pukul 15.50 WIB dan nyampe di Bandara Soekarno Hatta Jakarta hampir setengah 6 sore.

Liburan 3D2N kita berakhir. Siapa sangka, aku bisa mencapai puncak Gunung Ijen. Meski ini pendakian kedua ku ke sebuah Gunung, namun aku tak merasa terlalu kelelahan ataupun pegal-pegal.

Dan harus kamu tanamkan dalam diri kamu, You’re stronger more than you know. Jika kamu punya tekad dan keinginan, semua itu mungkin, tak ada yang tak mungkin.

Dan pesan singkat, kemanapun, dimanapun dan kapanpun, jangan lupa untuk berdoa sebelum berpergian dan ingat, sebagai tamu tetaplah bersikap sopan dimanapun kamu berada, ya Journeyers!

Terima kasih untuk kesempatan menikmati alam Indonesia ini. Next, bagusnya kemana ya? Journeyers, ada sarankah? Tulis di kolom komentar ya.

 

=Big Hug=

#ovaforlendy

4 comments
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like