Hi, Journeyers!
Jogja selalu istimewa, ungkapan itu yang selalu menggambarkan kota yang penuh ketenangan ini. Untuk kali kedua mengunjungi kota yang penuh keistimewaan ini, rasanya tak pernah puas karena Yogyakarta selalu menjanjikan keindahan yang tak pernah ada habisnya. Alam maupun sejarah yang ada di kota Yogyakarta ini selalu menjadi tujuan pengunjungnya.
Salah satu yang menarik bagiku yaitu menyusuri sejarah Taman Sari, Yogyakarta. Tempat bersejarah ini pun menjanjikan tidak hanya keunikan sejarah masa lalu namun Taman Sari memiliki spot yang instagramable banget. Dan, aku sudah berada di Yogyakarta, tentunya aku tidak mau ketinggalan untuk mengunjungi wisata bersejarah yang ada di Yogyakarta ini, Journeyers!
Dari penginapanku, Hotel Fevytra, menuju wisata Taman Sari memakan waktu lebih kurang 12 menit dengan jarak 4 KM. Kampung wisata Taman Sari itu sendiri berada di Jalan Tamanan, Patehan, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta.
Wisata Taman Sari buka jam 09.00 hingga 15.00 WIB, kita pun menuju ke lokasi pembelian tiket yang ada di bagian sebelah kanan dari pintu masuk Taman Sari setelah memarkirkan kendaraan kita terlebih dahulu. Untuk harga tiket masuk (htm) Taman Sari, wisatawan lokal dan Internasional pun berbeda. Untuk wisatawan lokal dikenakan biaya Rp. 5.000,-, sedangkan wisatawan asing dikenakan Rp.15.000,-.
Seperti destinasi wisata Yogyakarta lainnya, tempat ini juga ramai dikunjungi wisatawan. Dan perlu kamu ketahui, Journeyers! Wisata Kampung Taman Sari ini memiliki tempat yang sangat luas dan gedung yang terpisah-pisah. Tak sedikit pengunjung yang mencari tahu asal usul Taman Sari ini, Journeyers!
Aku pun menuju Gedhong Gapura Panggung. Lokasi ini merupakan tempat dimana Sultan menikmati keindahan Taman Sari dari ketinggian dan tempat raja duduk mendengarkan bunyi gamelan atau menyaksikan pertunjukan di pelataran belakang gapura. Tempat ini dulunya hanya boleh dimasuki oleh sultan dan keluarganya. Dan kini, gapura ini menjadi pintu masuk bagi obyek wisata Tamansari.
Lalu, aku menuju Umbul Binangun. Saat kita memasuki gerbang kedua setelah pintu masuk, kita akan melihat ada dua kolam yang berair biru. Konon katanya, kolam ini dulunya tempat pemandian para anggota kerajaan, seperti putri raja, selir-selir raja dan ada Umbul Panguras yang tempatnya terpisah.
Setiap kolam memiliki nama dan fungsi tersendiri, loh, Journeyers. Yaitu Umbul Kawitan, berfungsi sebagai tempat pemandian para putri raja, Umbul Pamuncar, tempat pemandian istri dan selir raja, serta Umbul Panguras, yang merupakan kolam khusus untuk sang raja.
Aku tak berlama-lama di lokasi ini, karena lokasinya ramai sekali dengan pengunjung. Jadi, setelah menikmati dan mendengar sejarahnya, aku pun segera menuju ke spot lainnya yang masih di lingkungan wisata Kampung Taman Sari.
Jika kamu menuju selatan dari Umbul Binangun, akan kamu temukan sebuah tempat yang namanya Gedhong Carik, bentuknya berupa lorong dengan dua ruang di kanan kirinya. Gedhong ini sekaligus berfungsi sebagai jalan masuk ke Pasarean Ledhok Sari. Sesuai namanya, gedung ini tempat dimana para carik (juru tulis) bertugas.
Lalu, yang aku kunjungi dari situs wisata bersejarah ini adalah Pulo Kenanga. Atau dikenal juga sebagai Pulo Cemeti, adalah sebuah pulau buatan yang berada di tengah-tengah segaran. Segaran berasal dari kata dasar segara yang berarti laut, kata segaran sendiri bermakna laut buatan.
Dahulu kala, Pulo Cemeti adalah istana air milik Sultan. Pulo ini sebagai tempat peristirahatan para raja ketika menikmati wilayah Ngayogyakarta Hadiningrat dari ketinggian. Tempat ini kini tampak bangunan yang terdiri batu bata yang sudah tak utuh lagi, Journeyers.
Dulu, kompleks Tamansari menempati wilayah seluas 10 hektar dan terdiri dari 57 bangunan. Namun kini, lokasi sekitarnya sudah banyak dihuni oleh warga Yogyakarta. Untuk menemui situs Taman Sari ini pun kita akan menyusuri pemukiman masyarakat. Karena lokasinya nan kini berada di tengah-tengah pemukiman masyarakat hingga bangunan Taman Sari pun terpisah-pisah.
Baca juga:
Mengunjungi Candi Budha Terbesar di Dunia, Candi Borobudur
Di sebelah barat dari Pulo Cemati pun terdapat situs sejarah Taman sari yang sangat diburu para Instagrammer, yaitu Sumur Gumuling. Dari luar Sumur Gumuling tampak sebagai menara bulat di tengah air. Bangunan ini berfungsi sebagai masjid dan hanya bisa dicapai melalui terowongan bawah air, atau disebut urung-urung.
Sumur Gumuling ini disebut sebagai Mesjid Rahasia atau tersembunyi di bawah tanah Taman Sari. Untuk mendapatkan lokasi Mesjid bawah tanah ini cukup dibingungkan dan sulit untuk ditemukan karena lokasinya berada di bawah tanah dan dikelilingi oleh pemukiman masyarakat.
Tampilan bangunan Sumur Gumuling ini memiliki arsitektur perpaduan antara desain Jawa dan Portugis. Memiliki filososi tersendiri, aku tertarik sekali untuk membahas situs yang sangat diminati Instagrammer ini. Ditunggu ya, Journeyers! Hihi
Saat aku kesini, begitu banyak pengunjung, hingga untuk mendapatkan spot ditengah-tengah anak tangga sangat sulit, pengunjung berlalu lalang disekitar tangga. Journeyers, jika mau kesini, aku sarankan jangan di libur panjang dan atau weekend. Sayang sekali, jika kesini hanya menikmati keramaian orang. Heheh.
Setelah dari Sumur Gumuling, tadinya mau mengunjungi situs lainnya, namun cuaca tak mendukung, alhasil, baru kita keluar dari lokasi Sumur Gumuling, kita diguyur hujan gerimis. Karena waktu sudah menunjukan waktu makan siang, kita pun segera beranjak dari Wisata Taman Sari, menuju tempat yang memungkinkan kita bisa mengisi keroncongan perut ini sembari berteduh. Namun tak lama hujan pun mereda.
Kita langsung menuju Mie Ayam Palembang Afui yang masuk salah satu tempat makan recommended di Yogyakarta. Yang lokasinya di Jl. Ki Ageng Pemanahan no.157B Kragilan, Tamanan. Dari Wisata Taman Sari menuju Mie Ayam Palembang Afui memakan waktu sekitar 12 menit.
Berbagai macam jenis untuk menunya, namun tetap menu utamanya mie ayam ya, Journeyers! Untuk porsinya pun ada 3 macam, yaitu porsi biasa, mini jumbo, dan jumbo. Aku memilih mini jumbo. Heheh. Dan sesuai dengan review yang aku baca, mie ayamnya memang enak, Journeyers!
Jadi, kalau kamu ke Yogyakarta, dan mau mencoba mie ayam yang enak, aku sarankan kesini aja. Tempatnya sudah sangat populer di Yogyakarta, dan memiliki beberapa cabang juga di Yogyakarta. Untuk harga? Menurut aku harganya murah untuk porsinya yang banyak dan rasanya yang enak. Kuy, kulineran di Yogyakarta kesini aja. Heheh.
Selesai makan, kita memutuskan untuk kembali ke penginapan. Karena tidak memungkinkan untuk ke destinasi lain, hujan mulai mengguyur kota Yogyakarta kembali. Destinasi yang kita rencanakan yaitu ke Tebing Kresi, kita urungkan.
Benar kata para wisatawan yang pernah ke Yogyakarta, untuk menikmati keindahan dan keunikan Yogyakarta takkan pernah ada habisnya. Ini hari ketiga ku di Yogyakarta, menjawab rasa penasaran akan sejarah Taman Sari, Yogyakarta dan masih banyak destinasi yang belum sempat aku jelajahi. Heheh.
Mungkin, suatu hari nanti akan kesini lagi, dengan destinasi ataupun orang yang berbeda. Yang penting, nikmatilah perjalananmu, Journeyers!
Salam,
Ova Forlendy
6 comments
Aku jadi mupeng pengen ke sana juga nih. Kayaknya masih melekat sejarahnya ya. Di situ ada tour guide mba? Detil banget penjelasannya nih
Masih melekat banget Mba. Meskipun beberapa bangunan sudah mulai retak dan ada yg hancur. Untuk masalah tour guide gak perlu khawatir, krna disana akan byk tour guide, apalagi jika kita pergi menggunakan jasa EO atau opentrip.
Ajakin Yg Di Kota Pekanbaru Juga Donk Ksnaa..😂😂
Kuy, lah La! Ntar va guide dah kesana. Heheh
Asik bangeeet ih, kl kesana cobain aaah
Iyaaa Yoonaaa, kuy kesana!