Hi, Journeyers!!!
Berwisata alam dapat memberikan ketenangan dan kenyamanan tersendiri. Tak perlu sejauh apapun kita melakukan perjalanan, semua sirna saat kita mampu menikmati perjalanan tersebut. Dan perjalanan pun tak hanya menikmati keindahan alam saja, akan lebih bernilai plus jika kita juga dapat mengetahui dan menambah wawasan kita mengenai lokasi wisata yang kita kunjungi.
Hari Kedua, Memburu Pesona Bukit Sikunir
Di hari keduaku di Dieng, kita memulai untuk mengunjungi destinasi ke Bukit Sikunir. Bukit Sikunir terkenal dengan keindahan spot bak di atas awannya. Malam itu, jam 2 dini hari, semua wisatawan sudah bersiap-siap menuju ke Bukit Sikunir.
Sesuai dengan instruksi dari panitia open trip, kita sudah bangun dan bersiap-siap pada pukul 2 dini hari untuk menuju ke Bukit Sikunir, menggunakan jaket yang tebal, tak lupa syal dan sarung tangan, dan juga masker untuk mengatasi dinginnya Dieng malam itu.
Namun, cuaca diluar sana tak mendukung tujuan kita ke Bukit Sikunir, karena hujan yang sangat deres, sehingga membuat rasa dingin makin mencekam hingga ke tulang.
Para wisatan tetap optimis, berharap hujan akan segera reda. Setelah menunggu hingga pukul 3 dini hari hujan masih awet. Sedih aku tuuu, Guys! Karena tidak ingin mengecewakan kita semua, panitia tetap mengajak kita menuju Bukit Sikunir.
Yah, dari penginapan, Bukit Sikunir bisa ditempuh dengan bis, dan juga tak begitu jauh. Hingga kita sampai di parkiran kendaraan Bukit Sikunir, hujan masih belum reda.
Cuaca Tak Mendukung, Pesona Bukit Sikunir pun Terlewatkan
Tampak di parkiran pun sudah banyak kendaraan-kendaraan wisatawan yang hendak ke Bukit Sikunir juga. Panitia tidak mengizinkan kita semua untuk mendaki Bukit Sikunir. Karena jalanan yang amat licin, hujan deras dan angin pun kencang.
Mereka memberikan pilihan, apakah mau tetap di dalam mobil atau mau nongkrong di warung sekitar sana. Aku memilih tetap di mobil, dan melanjutkan tidurku yang kurang (haha, aku si hobi tidur). Sedangkan, Kak Biona dan Kak Richa memilih mencari makanan yang hangat ke warung.
Sunrice Golden Yang Terlewatkan Dari Pesona Bukit Sikunir
Hingga pukul 6 pagi, masih tetap gerimis, sedih banget, Guys! Karena menikmati sunrise di Bukit Sikunir itu merupakan spot yang sangat indah. Dan pagi ini, matahari tak memperlihatkan indahnya saat terbit. Langit ditutupi dengan awan yang sangat tebal dan embun pun tampak memberikan kesan yang tak luput dari dinginnya Dieng.
Tanah disana sudah kayak lumpur, sisa hujan semalaman. Dingin mencekam, gerimis tak kunjung berhenti. Aku keluar menikmati alam sekitar parkiran. Yah, sangat disayangkan, aku sudah di Bukit Sikunir, tapi tak bisa menikmati dan mengambil potret indahnya sunrise disini.
Di belakang bis aku parkir, ada sebuah telaga. Telaga tersebut dikenal dengan nama telaga Cebong. Kata orang disana, dinamakan Telaga Cebong sih karena mirip kecebong jika kita lihat dari atas Bukit Sikunir. Disamping telaga tampak beberapa tenda kemping. Wah, aku berpikir mereka sangat tahan dingin kali ya!
Aku tak berlama-lama di luar, lalu kembali ke mobil. Tak lama, kita pun segera menuju ke destinasi selanjutnya yaitu Candi Arjuna. Namun sebelum ke Candi Arjuna, kita kembali ke penginapan terlebih dahulu untuk membereskan barang-barang.
Karena setelah dari Candi Arjuna, kemungkinan akan langsung menuju Jakarta. Setelah dari penginapan, kita menuju lokasi dekat Candi Arjuna. Ada suatu tempat, kayak resort gitu. Aku gak tau namanya apa.
Nikmati Masakan Khas Dieng Dulu Dong ya!
Masih sekitaran menuju lokasi Candi Arjuna. Disana, kita disuguhi dengan masakan khas Dieng, yaitu Mie Ongklok. Mie Ongklok disajikan dengan sate.
Kamu pernah mencoba gak? Gimana menurut kalian rasanya? Kalo menurut aku, rasanya enak, apalagi dimakan disaat cuaca dingin. Dapat menghangatkan tubuh kita lagi. Kalo kalian ke Dieng, jangan ampe lupa ngcobanya, ya!!!
Selesai makan, kita pun langsung menuju ke Candi Arjuna. Tak begitu jauh dari lokasi ini. Karena dari lokasi ini saja sudah kelihatan Candi Arjuna.
Menyusuri Situs Sejarah Candi Arjuna
Sesampai di Candi Arjuna, panitia open trip menjelaskan sejarah Candi Arjuna terlebih dahulu. Tentunya, jika kita ke suatu tempat wisata, tak hanya menikmati keindahannya saja, namun juga bisa menambah wawasan kita. Terlebih ke tempat yang bersejarah seperti Candi Arjuna.
Konon katanya, Candi Arjuna merupakan candi tertua di pulau Jawa, Guys! Candi pertama peninggalan agama Hindu di pulau Jawa. Dan sampai saat ini masih digunakan masyarakat sekitar untuk beribadah ataupun acara tradisi masyarakat Dieng.
Menurut sejarah, candi ini dibangun pada sekitar abad 8 Masehi, atau abad 7 Saka di zaman Dinasti Sanjaya dari Mataram Kuno. Candi Arjuna adalah tempat penyembahan untuk Dewa Siwa (Ciwa). Wah, dah lama banget, ya, Guys!
Candi ini masih terawat dan tampak tak ada perubahan sama sekali.
Siang itu, sudah hampir pukul 12 siang, Dieng masih saja ditutupi embun, Guys! Padahal hujannya sudah reda. Gak salah, nama Negeri di Atas Awan menjadi sebutan untuk dataran tinggi Dieng ini. Karena sudah tengah hari, matahari masih tertutup awan bak masih subuh. Jarak pandang kita pun lebih kurang 10 meter.
Seperti pada gambar, embun masih menyelimuti wilayah komplek Candi Arjuna siang itu.
Setelah berswafoto di komplek Candi Arjuna, kita pun kembali ke mobil untuk segera menuju pusat oleh-oleh Dieng.
Jangan Lupakan Oleh-oleh Khas Dieng
Daerah Dieng terkenal juga dengan hasil sayuran terbesar di Indonesia. Bentangan hijau dataran tinggi ini juga menghasilkan sayuran-sayuran dan umbi-umbian yang segar. Dan salah satunya adalah kentang. Berbagai banyak makanan yang dijual merupakan olahan dari kentang.
Kita mengunjungi salah satu toko pusat oleh-oleh Dieng. Nama tokonya aku lupa, hehe. Disana lengkap banget, Guys! Dari makanan hingga souvenir khas Dieng juga ada.
Aku langsung menuju tempat makanan. Aku membeli beberapa bungkus keripik khas Dieng yang merupakan olahan dari kentang. Ada varian rasa juga, seperti rasa asin, pedas, dll.
Nah, selain keripik kentang, oleh-oleh makanan khas Dieng adalah carica. Aku sendiri baru tahu ada buah yang namanya Carica. Banyak jenis olahan buah carica ini. Seperti manisan, minuman, dll.
Carica itu sendiri merupakan tanaman khas yang hanya bisa kita temukan di dataran tinggi Dieng, Guys! Wajar saja kalo aku tak pernah tahu buah ini. Tanaman carica memang terlihat sangat mirip dengan pepaya biasa, bahkan sekilas terlihat sulit dibedakan.
Mungkin hal itu pula yang menyebabkan buah ini juga disebut sebagai pepaya gunung. Dan kamu tahu, buah ini memiliki sangat banyak manfaat untuk kesehatan kita, Guys! Weeewwww
Nah, untuk oleh-oleh, aku cukup membeli beberapa bungkus keripik kentang dan beberapa bungkus manisan carica. Sebenarnya, setiap perjalanan gak harus bawa oleh-oleh sih, tapi menurutku, makanan khas daerah yang kita kunjungi wajib kita nikmati juga bersama orang-orang terdekat kita.
Setelah memborong buah tangan. Dan makan siang di sebuah restoran yang disediakan oleh panitia.
Kembali Ke Jakarta
Kita pun langsung cus ke Jakarta. Yaps, kembali menuju hiruk pikuk kota metropolitan lagi. Perjalanan setelah menikmati pesona Bukit Sikunir dan situs Sejarah Candi Arjuna sebagai destinasi terakhir.
Perjalanan pulang makin lama. Karena arus balik liburan membuat makin macet diberbagai titik arus jalan. Hingga akhirnya nyampe di Jakarta jam 5 subuh esok harinya. Lelah? Yah, lelah! Tapi lebih melelahkan jika kau hanya berdiam diri di kamar kosanmu. Heheh.
Guys! Ingatlah, pertualangan akan memberimu arti rindu dan ketenangan tersendiri untuk dirimu. Lakukan perjalanan, karena sangat sia-sia jika hidup kita terlalu monoton akan rutinitas yang sama setiap harinya.
Seperti lirik lagu Sheila on 7 yang berjudul sebuah kisah klasik, “Bersenang-senanglah, karena hari ini yang akan kita rindukan, dihari nanti! Sebuah kisah klasik untuk masa depan!”
=Big Hug=
#Ovajourney